Sabtu, 02 Mei 2009

Laporan Utama: Tabloid Jumat THN. XXI - 13 JUMADIL AWAL 1430 H - 8 MEI 2009

Ir. Amir Tengku Ramly :
Guru Merupakan Khalifah di Dunia Pendidikan

Berbicara tentang pendidikan, maka guru merupakan pemegang peran yang amat
sentral. Guru adalah jantungnya pendidikan. Tanpa denyut dan peran aktif guru,
kebijakan pembaruan pendidikan secanggih apa pun tetap akan sia-sia. Sebagus apa
pun dan semodern apa pun sebuah kurikulum dan perencanaan strategis pendidikan
dirancang, jika tanpa guru yang berkualitas, maka tidak ada gunanya. Buktinya,
pendidikan kita sudah berkali-kali melakukan pergantian kurikulum, namun ternyata
tidak dapat membawa perubahan mendasar dalam peningkatan mutu pendidikan.
Berikut ini wawancara dengan Amir Tengku Ramly, seorang konsultan pendidikan
dan juga Direktur Utama Pumping Learning Center (PLC), sebuah lembaga yang
bergerak dalam meningkatkan mutu guru:

Bagaimana Mutu Guru Indonesia ?
Pendidikan di Indonesia untuk menjadi lebih baik perlu
diadakan revolusi yang sangat mendasar baik dari jajaran
manajemen (dinas, kepala sekolah, dll) maupun guru dimana
sebagai ujung tombaknya adalah guru. Hal yang penting
dalam pendekatannya adalah melalui penguatan mentalitas.
Sekarang banyak sekali melihat kejadian-kejadian yang
“miris” (prihatin) dimana yang terjadi tidak sesuai denganvisi-misi dari pendidikan itu sendiri. Contoh ada sebuah
sistem yang baik seperti model ujian nasional dan sertifikasi
guru tapi karena mental yang kurang bagus hingga terjadi
pemanfaatan untuk kepentingan yang sesaat, bukan untuk
tujuan peningkatan kualitas pendidikan di masa yang akan
datang.
Jadi, kalau dilihat dari fasilitas untuk meningkatkan mutu
guru sudah sangat memadai tetapi belum optimal bagi
pribadi-pribadi guru karena penggunaan fasilitas itu untuk
kepentingan jangka pendek.

Bagaimana kriteria guru yang ideal?
Guru adalah ujung tombak pendidikan. Pengertian guru
adalah orang yang bisa memfasilitasi (fasilitator) model
pembelajaran dan menginspirasi siswa itu sendiri. Guru kita
saat ini masih banyak menjalankan fungsinya sebagai pekerja
yang tugasnya memindahkan pengetahuan dari kepalanya
kepada kepala siswa, padahal ilmu itu sesuatu yang terhujam
dalam hati siswa. Jadi, ada satu tools yang terputus dalam
proses pengajaran guru yaitu saluran yang menghidupkan
otak siswa dengan hatinya.
Seorang guru selain memberi pengetahuan tersebut juga
harus memberi nilai-nilai (moralitas, mentalitas, dan
spiritualitas) sehingga bila itu dilakukan oleh guru, berarti
dia telah mengaktifkan seluruh potensi kecerdasaan manusia
yaitu panca indra-akal (otak kiri-otak kanan) dan hati atau
lebih sering dinamakan dengan IQ, EQ, dan SQ secara sinergis
dan bekesinambungan. Sehingga tidak hanya memberi ilmu
tetapi juga memberi ketauladanan.

Bagaimana meningkatkan mutu guru?
Dalam peningkatan kualitas guru, sangat dibutuhkan
yaitu: Pertama, perubahan paradigma
mengajar, yaitu guru yang tidak hanya memandang
keberadaan dirinya sebagai
sebuah jabatan yang pengajarannya hanya
sebagai tuntutan kewajiban saja tapi juga
memiliki sikap profesional, kepemilikan
dan visi yang jelas terhadap
hidup dan dunia pengajarannya.
Dalam istilah saya dikatakan sebagai
guru kaya. Guru kaya senantiasa
berkata, ‘Murid dan pengajaran
merupakan kekayaan hakiki’; ‘carilah
ilmu karena ia membuat hatimu
bercahaya’; ‘Mendengarlah dengan
mata dan hati’; ‘Jadikan pendidikan
sebagai tabungan masa
depan paling berharga’.
Kedua, memahami motivasi,
perilaku dan gaya
belajar siswa. Motivasi,
perilaku dan gaya belajar
setiap siswa adalah berbeda-
beda. Pemahaman
guru mengenai ketiga tersebuttentu akan memudahkan guru dalam menghadapi
siswa untuk bisa mempengaruhi siswa sesuai dengan yang
kita inginkan tanpa harus membuat siswa sebagai objek
pendidikan.
Ketiga,tehnik mengajar yang fokus pada perilaku dan
karakter siswa. Guru yang mengajar dengan tehnik sesuai
dengan perilaku dan karakter siswa akan memudahkan
siswa dalam meningkatkan prestasi belajar. Siswa bisa focus
dalam pemanfaatan keunggulan dan potensi yang
dimilikinya untuk dikembangkan dalam dunia belajarnya.
Sedangkan yang keempat mengajar dengan energi spiritual
(cahaya hati). Hal ini seperti bintang, dalam belajar ia
sudah mengkapitalisasikan fungsi panca indra, otak, intuisi
dan hati. Ilmu yang diperoleh seperti mata air meskipun di
musim kemarau airnya tetap ada kapan pun dibutuhkan.
Guru yang memiliki cahaya hati adalah seorang guru yang
keberadaannya mendapat pengakuan kuat dari murid dan
lingkungan sekitarnya. Keberadaannya memiliki cahaya
yang kuat bagi orang lain, karena ia selalu mengajar dengan
kekuatan cahaya hati.

Sejauh ini peran pemerintah untuk meningkatkan mutu
guru bagaimana?
Sudah banyak. Sudah cukup baik dari segi kuantitas,
tetapi yang di bangun masih panca indra dan pikiran belum
menyentuh penanaman nilai-nilai pada guru (hati).
Walaupun sudah dilakukan pemerintah dalam peningkatan
nilai-nilai spiritualitas tapi masih banyak guru mengikuti
dengan kesadaran hati hanya karena keharusan suatu program.
Perumpamaannya seperti petani yang ingin dirubah dari
mencangkul sawah dengan kerbau menjadi menggunakan
mesin traktor. Traktornya dibelikan oleh pemerintah diberi
pada petani tetapi petani tidak berubah cara pandangnya
terhadap perubahan tersebut sehingga traktornya berdiri di
tengah sawah tetapi petani tetap asik membajak dengan
kerbaunya. Adanya traktor tapi tidak dibarengi dengan
pengetahuannya baik dari cara berpikir maupun cara
pandang terhadap suatu perubahan.

Dampak dari anggaran 20 persen dari APBN bagaimana?
Secara praktek dampak ada 2, pertama dampak positif
yaitu pemerataan wajib belajar bagi anak-anak Indonesia
lebih menyeluruh. Dampak kedua yang bersifat negatif lahir
dari sekolah itu sendiri dan para gurunya. Misalnya, guru
kehilangan keuntungan dari penjualan buku. Dari sekolah
terjadi pembedaan sisi kualitas sekolah secara psikologis
antara sekolah gratis dengan sekolah non gratis. Dampak
negatif ini bisa hilang apabila kualitas guru dan cara
pandang mengajar berubah dari pekerjaan menjadi
profesional.
Selain itu, secara teori bagus, hanya masalahnya apakah
20 persen itu jatuh ke tempat yang di peruntukkannya. Kalo
memang tepat pasti maju pendidikan di Indonesia, tapi
amanah dari 20 psern ini masih di pertanyakan. Niat sekolah
gratis tidak diiringi sampai pada peruntukannya.

Apa yang harus guru lakukan untuk meningkatkan
kualitas diri?
Yaitu dengan merubah cara pandang, menguatkan
keyakinan diri dan menjadikan guru professional sebagai
fungsi kekhalifahan diri di dunia pendidikan.
Bagaimana hubungan mutu guru dengan mutu pendidikan?
Hubungannya linier, semakin baik guru maka mutu
pendidikan semakin baik. Tetapi guru yang bermutu disini
adalah guru yang meningkatkan intelektualitas, emosional,
dan spiritualitas guru, maka bila ketiga hal ini baik maka
mutu pendidikan akan semakin baik. Bila hanya mutu
intelektualitas saja maka tidak akan berkembang dengan
baik mutu pendidikan, karena guru yang berintelektualitas
tetapi tidak dibarengi dengan kualitas EQ dan SQ maka
harapan peningkatan yang signifikan kurang dirasakan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar